Ini sharing sukses dari Peter Sondakh, pendiri Grup Rajawali yang sering disebut sebagai orang terkaya keenam di Indonesia.
Baru-baru
ini, Peter Sondakh diundang berbicara dalam persekutuan para
profesional “Glow Pro”, yang digelar rutin tiap awal bulan di kawasan
Thamrin, Jakarta Pusat. Ini momentum yang amat langka, mengingat jarang
sekali pria asal Surabaya ini berbicara di depan publik untuk mengurai
kunci di balik keberhasilannya berbisnis. Bahkan, Peter selama ini juga
dikenal menutup diri dari wawancara media masa nasional. “Saya tak mau
diekspose media, karena saya tak mau digosipkan, Selain itu, saya tak
mau menjadi sombong jika ada pemberitaan yang terlalu menonjolkan diri
saya,” itu alasannya.
Ia memberi judul
presentasinya sebagai “Kingdom leadership with servant heart”,
bagaimana hamba Tuhan
Secara khusus ia menggarisbawahi makna perseverance
sebagai “tahan banting”. Menurutnya, orang yang tidak tahan banting
tidak akan bisa jadi pemimpin. “Kalau tidak mau menerima kritik, ya
lebih baik tidak jadi pemimpin, tapi jadi follower saja,” katanya.
Bagi Peter, kepemimpinan bukanlah sebuah pengetahuan, tetapi lebih merupakan skill yang diberikan Tuhan. Pernyataannya itu dilandasi dasar Firman Tuhan seperti Matius 6:33, Amsal 1:4 dan 1Raja-raja 3:9-14
Bagi Peter, kepemimpinan bukanlah sebuah pengetahuan, tetapi lebih merupakan skill yang diberikan Tuhan. Pernyataannya itu dilandasi dasar Firman Tuhan seperti Matius 6:33, Amsal 1:4 dan 1Raja-raja 3:9-14
Tidak membingungkan.
“Leader is logical and not confusing,” paparnya, dengan mengutip 2 Timotius 1:7. Menurutnya, pemimpin harus bersikap logik dan tidak membingungkan banyak orang. “Kunci utama menjadi pemimpin adalah takut akan Tuhan. Karena sekali ia membuat keputusan salah, selesailah semuanya,” kata Peter.
Seorang pemimpin juga harus memiliki kasih yang kuat. “Saya memiliki 30 ribu karyawan di kantor. Jujur, saya tidak kenal semua, tapi saya mengasihi mereka,” katanya. Ditegaskannya, penghargaan dari mereka yang dipimpin menjadi penting karena seseorang tidak akan menjadi pemimpin kalau tidak ada yang dipimpin. “Karena itu, a good leader should be a good follower too,” katanya. Seorang pemimpin yang baik seyogyanya juga merupakan pengikut yang baik. Dalam hal ini menjadi pengikut Kristus, sebagaimana ditegaskan Matius 10:42-45.
“Leader is logical and not confusing,” paparnya, dengan mengutip 2 Timotius 1:7. Menurutnya, pemimpin harus bersikap logik dan tidak membingungkan banyak orang. “Kunci utama menjadi pemimpin adalah takut akan Tuhan. Karena sekali ia membuat keputusan salah, selesailah semuanya,” kata Peter.
Seorang pemimpin juga harus memiliki kasih yang kuat. “Saya memiliki 30 ribu karyawan di kantor. Jujur, saya tidak kenal semua, tapi saya mengasihi mereka,” katanya. Ditegaskannya, penghargaan dari mereka yang dipimpin menjadi penting karena seseorang tidak akan menjadi pemimpin kalau tidak ada yang dipimpin. “Karena itu, a good leader should be a good follower too,” katanya. Seorang pemimpin yang baik seyogyanya juga merupakan pengikut yang baik. Dalam hal ini menjadi pengikut Kristus, sebagaimana ditegaskan Matius 10:42-45.
Dengan
tegas Peter menyatakan, apa yang diraihnya merupakan pencapaian
melalui pimpinan Tuhan. “Saya ini hanya lulusan SMA, lulusnya pun
pas-pasan. Beberapa kali mencoba kuliah, gagal terus,” kata alumnus SMA
St. Louis di kawasan Darmo, Surabaya ini. Dengan segala
keterbatasannya, Peter mencapai kesuksesan di berbagai bisnisnya, dan
juga merambah ke ranah intelektual. “Dengan segala kerendahan hati,
tanpa bimbingan Tuhan tak mungkin saya saat ini bisa mengajar kebijakan
public di Vietnam, China, dan Amerika,” kata Peter.
Pentingnya motivasi.
Peter menggarisbawahi, seorang pemimpin harus memiliki motivasi yang benar. Motivasi yang salah akan membawanya ke arah yang salah. “Sekarang semua tergantung apa motivasi kita. Mau melayani atau dilayani?” katanya. Pengusaha yang mendapat anugerah besar saat krisis moneter 1997 ini menegaskan, seorang pemimpin yang baik harus memberi motivasi melalui pelayanan kepada orang lain. “Bukan malah mencari kekuasaan dengan jabatannya,” kata Peter.
Peter menggarisbawahi, seorang pemimpin harus memiliki motivasi yang benar. Motivasi yang salah akan membawanya ke arah yang salah. “Sekarang semua tergantung apa motivasi kita. Mau melayani atau dilayani?” katanya. Pengusaha yang mendapat anugerah besar saat krisis moneter 1997 ini menegaskan, seorang pemimpin yang baik harus memberi motivasi melalui pelayanan kepada orang lain. “Bukan malah mencari kekuasaan dengan jabatannya,” kata Peter.
Lima sikap yang harus
dimiliki pemimpin yang baik diringkasnya dalam istilah CCLDD:
Considerate, Caring, Listening, Direction, Disiplin
Considering: seorang pemimpin harus memiliki sikap tenggang rasa, jujur, dan pengertian.
Caring: seorang pemimpin harus bertanggungjawab atas beban pekerjaannya, serta tanggungjawab kepada keluarga, teman, dan juga domba-dombanya. Menurut Peter, caring menuntut sebuah aksi, bukan perasaan semata.
Listening: seorang pemimpin harus banyak mendengar, dan tidak boleh asal berasumsi. “Ingat, asumsi adalah ibu dari semua kebingungan,” kata Peter.
Direction: seorang pemimpin harus memberikan arahan yang jelas dan menginspirasi anak buahnya untuk meraih pencapaian yang diharapkan
Discipline: seorang pemimpin harus memberi contoh kedisiplinan dan hidupnya memiliki akuntabilitas tinggi, sehingga hidupnya menjadi teladan yang baik bagi anak buahnya.
Considering: seorang pemimpin harus memiliki sikap tenggang rasa, jujur, dan pengertian.
Caring: seorang pemimpin harus bertanggungjawab atas beban pekerjaannya, serta tanggungjawab kepada keluarga, teman, dan juga domba-dombanya. Menurut Peter, caring menuntut sebuah aksi, bukan perasaan semata.
Listening: seorang pemimpin harus banyak mendengar, dan tidak boleh asal berasumsi. “Ingat, asumsi adalah ibu dari semua kebingungan,” kata Peter.
Direction: seorang pemimpin harus memberikan arahan yang jelas dan menginspirasi anak buahnya untuk meraih pencapaian yang diharapkan
Discipline: seorang pemimpin harus memberi contoh kedisiplinan dan hidupnya memiliki akuntabilitas tinggi, sehingga hidupnya menjadi teladan yang baik bagi anak buahnya.
Bagaimana seorang pemimpin
yang baik mendapatkan kebijaksanaan dan pengertian dalam menjalankan
tugasnya. “Dia harus disiplin dan konsisten dalam menyediakan waktu
dengan Tuhan sebagai prioritas hidupnya,” tegas Peter. Selain itu,
seorang pemimpin harus konsekwen dengan apa yang dikatakannya. “Walk
the talk. Jangan membangun kepempinan berdasarkan kebohongan,” ungkap
Peter. Ia memaparkan, semua hal yang dibangun berdasarkan kebohongan
tidak akan bertahan. “Pengusaha yang membohongi bank, misalnya. Tak
lama dia akan masuk pemeriksaan KPK,” katanya.
Membangun penerus.
Seorang pemimpin baru dibilang berhasil jika bisa menjadi mentor atas seorang penerus yang hasilnya lebih baik dari dirinya sendiri. “Untuk itu memang diperlukan penyangkalan diri. Butuh kerendahhatian tersendiri untuk mentransfer ilmu kita kepada orang lain,” tuturnya.
Peter Sondakh mengaku, kesuksesannya tak lepas dari prinsip “God’s economy” yang dianutnya. Dengan memiliki motivasi untuk mengutamakan Tuhan, dirinya dapat memiliki visi yang jelas untuk melihat “surga di dunia”.
Seorang pemimpin baru dibilang berhasil jika bisa menjadi mentor atas seorang penerus yang hasilnya lebih baik dari dirinya sendiri. “Untuk itu memang diperlukan penyangkalan diri. Butuh kerendahhatian tersendiri untuk mentransfer ilmu kita kepada orang lain,” tuturnya.
Peter Sondakh mengaku, kesuksesannya tak lepas dari prinsip “God’s economy” yang dianutnya. Dengan memiliki motivasi untuk mengutamakan Tuhan, dirinya dapat memiliki visi yang jelas untuk melihat “surga di dunia”.
Ia
bercerita, krisis ekonomi pada 1997 sebenarnya bisa dipahami sejak
setahun sebelumnya. “Dengan akal sehat dan memperhatikan
indikator-indikator ekonomi saat itu, saya bisa tahu terjadi sesuatu
yang tidak wajar dalam dunia bisnis,” kenangnya. Maka, pada Maret 1997,
ia memerintahkan perusahaannya melunasi semua hutang dalam bentuk mata
uang asing. Empat bulan kemudian, terjadi devaluasi, nilai rupiah jatuh
dan dollar meroket begitu tinggi.
Sebagai
kesimpulan, Peter Sondakh membeberkan perbedaan antara pemimpin duniawi
dan pemimpin yang takut akan Tuhan. Pemimpin yang berkembang secara
alamiah memiliki kepercayaan diri, mencari pikiran manusia, dan membuat
keputusan berdasarkan pertimbangannya sendiri. “Sementara pemimpin
yang takut akan Tuhan percaya kepada Tuhan, mencari pikiran Tuhan, dan
membuat keputusan berdasarkan pimpinan Tuhan,” katanya.
(Jojo Raharjo)
(Jojo Raharjo)
0 comments:
Post a Comment