Pages

Main Menu

Pages

Pages

Wednesday, 13 June 2012

Peter Sondakh

Belajar dari Peter Sondakh: Menjadi Pemimpin yang Diberkati

Jojo Raharjo
Ini sharing sukses dari Peter Sondakh, pendiri Grup Rajawali yang sering disebut sebagai orang terkaya keenam di Indonesia.
Baru-baru ini, Peter Sondakh diundang berbicara dalam persekutuan para profesional “Glow Pro”, yang digelar rutin tiap awal bulan di kawasan Thamrin, Jakarta Pusat. Ini momentum yang amat langka, mengingat jarang sekali pria asal Surabaya ini berbicara di depan publik untuk mengurai kunci di balik keberhasilannya berbisnis. Bahkan, Peter selama ini juga dikenal menutup diri dari wawancara media masa nasional. “Saya tak mau diekspose media, karena saya tak mau digosipkan, Selain itu, saya tak mau menjadi sombong jika ada pemberitaan yang terlalu menonjolkan diri saya,” itu alasannya.
Ia memberi judul presentasinya sebagai “Kingdom leadership with servant heart”, bagaimana hamba Tuhan

 sebagai pemimpin kerajaan harus memiliki jiwa sebagai seorang pelayan. Menurut Peter Sondakh, definisi seorang pemimpin adalah “orang biasa yang mempunyai kemampuan luar biasa dan perseverance untuk melakukan panggilan Tuhan dalam hidupnya.”
Secara khusus ia menggarisbawahi makna perseverance sebagai “tahan banting”. Menurutnya, orang yang tidak tahan banting tidak akan bisa jadi pemimpin. “Kalau tidak mau menerima kritik, ya lebih baik tidak jadi pemimpin, tapi jadi follower saja,” katanya.
Bagi Peter, kepemimpinan bukanlah sebuah pengetahuan, tetapi lebih merupakan skill yang diberikan Tuhan. Pernyataannya itu dilandasi dasar Firman Tuhan seperti Matius 6:33, Amsal 1:4 dan 1Raja-raja 3:9-14
Tidak membingungkan.
“Leader is logical and not confusing,” paparnya, dengan mengutip 2 Timotius 1:7. Menurutnya, pemimpin harus bersikap logik dan tidak membingungkan banyak orang. “Kunci utama menjadi pemimpin adalah takut akan Tuhan. Karena sekali ia membuat keputusan salah, selesailah semuanya,” kata Peter.
Seorang pemimpin juga harus memiliki kasih yang kuat. “Saya memiliki 30 ribu karyawan di kantor. Jujur, saya tidak kenal semua, tapi saya mengasihi mereka,” katanya. Ditegaskannya, penghargaan dari mereka yang dipimpin menjadi penting karena seseorang tidak akan menjadi pemimpin kalau tidak ada yang dipimpin. “Karena itu, a good leader should be a good follower too,” katanya. Seorang pemimpin yang baik seyogyanya juga merupakan pengikut yang baik. Dalam hal ini menjadi pengikut Kristus, sebagaimana ditegaskan Matius 10:42-45.
Dengan tegas Peter menyatakan, apa yang diraihnya merupakan pencapaian melalui pimpinan Tuhan. “Saya ini hanya lulusan SMA, lulusnya pun pas-pasan. Beberapa kali mencoba kuliah, gagal terus,” kata alumnus SMA St. Louis di kawasan Darmo, Surabaya ini. Dengan segala keterbatasannya, Peter mencapai kesuksesan di berbagai bisnisnya, dan juga merambah ke ranah intelektual. “Dengan segala kerendahan hati, tanpa bimbingan Tuhan tak mungkin saya saat ini bisa mengajar kebijakan public di Vietnam, China, dan Amerika,” kata Peter.
Pentingnya motivasi.
Peter menggarisbawahi, seorang pemimpin harus memiliki motivasi yang benar. Motivasi yang salah akan membawanya ke arah yang salah. “Sekarang semua tergantung apa motivasi kita. Mau melayani atau dilayani?” katanya. Pengusaha yang mendapat anugerah besar saat krisis moneter 1997 ini menegaskan, seorang pemimpin yang baik harus memberi motivasi melalui pelayanan kepada orang lain. “Bukan malah mencari kekuasaan dengan jabatannya,” kata Peter.
Lima sikap yang harus dimiliki pemimpin yang baik diringkasnya dalam istilah CCLDD: Considerate, Caring, Listening, Direction, Disiplin
Considering:  seorang pemimpin harus memiliki sikap tenggang rasa, jujur, dan pengertian.
Caring: seorang pemimpin harus bertanggungjawab atas beban pekerjaannya, serta tanggungjawab kepada keluarga, teman, dan juga domba-dombanya. Menurut Peter, caring menuntut sebuah aksi, bukan perasaan semata.
Listening: seorang pemimpin harus banyak mendengar, dan tidak boleh asal berasumsi. “Ingat, asumsi adalah ibu dari semua kebingungan,” kata Peter.
Direction: seorang pemimpin harus memberikan arahan yang jelas dan menginspirasi anak buahnya untuk meraih pencapaian yang diharapkan
Discipline: seorang pemimpin harus memberi contoh kedisiplinan dan hidupnya memiliki akuntabilitas tinggi, sehingga hidupnya menjadi teladan yang baik bagi anak buahnya.
Bagaimana seorang pemimpin yang baik mendapatkan kebijaksanaan dan pengertian dalam menjalankan tugasnya. “Dia harus disiplin dan konsisten dalam menyediakan waktu dengan Tuhan sebagai prioritas hidupnya,” tegas Peter. Selain itu, seorang pemimpin harus konsekwen dengan apa yang dikatakannya. “Walk the talk. Jangan membangun kepempinan berdasarkan kebohongan,” ungkap Peter. Ia memaparkan, semua hal yang dibangun berdasarkan kebohongan tidak akan bertahan. “Pengusaha yang membohongi bank, misalnya. Tak lama dia akan masuk pemeriksaan KPK,” katanya.
Membangun penerus.
Seorang pemimpin baru dibilang berhasil jika bisa menjadi mentor atas seorang penerus yang hasilnya lebih baik dari dirinya sendiri. “Untuk itu memang diperlukan penyangkalan diri. Butuh kerendahhatian tersendiri untuk mentransfer ilmu kita kepada orang lain,” tuturnya.
Peter Sondakh mengaku, kesuksesannya tak lepas dari prinsip “God’s economy” yang dianutnya. Dengan memiliki motivasi untuk mengutamakan Tuhan, dirinya dapat memiliki visi yang jelas untuk melihat “surga di dunia”.
Ia bercerita, krisis ekonomi pada 1997 sebenarnya bisa dipahami sejak setahun sebelumnya. “Dengan akal sehat dan memperhatikan indikator-indikator ekonomi saat itu, saya bisa tahu terjadi sesuatu yang tidak wajar dalam dunia bisnis,” kenangnya. Maka, pada Maret 1997, ia memerintahkan perusahaannya melunasi semua hutang dalam bentuk mata uang asing. Empat bulan kemudian, terjadi devaluasi, nilai rupiah jatuh dan dollar meroket begitu tinggi.
Sebagai kesimpulan, Peter Sondakh membeberkan perbedaan antara pemimpin duniawi dan pemimpin yang takut akan Tuhan. Pemimpin yang berkembang secara alamiah memiliki kepercayaan diri, mencari pikiran manusia, dan membuat keputusan berdasarkan pertimbangannya sendiri. “Sementara pemimpin yang takut akan Tuhan percaya kepada Tuhan, mencari pikiran Tuhan, dan membuat keputusan berdasarkan pimpinan Tuhan,” katanya.
(Jojo Raharjo)

No comments:

Post a Comment